(1.1) pembodohan tersistem |
Dalam
pembahasan kali ini, saya akan mengulas tentang bagaimana proses pendidikan
dinegara kita, sudut pandang serta penerapannya dikeseharian dalam hal
pendidikan, hingga berdampak pada perekonomian dan banyak hal.
Jika orientasi pendidikan dinegara ini tak lain hanyalah untuk mencetak tenaga
kerja guna kepentingan industri dan membentuk mentalitas pegawai, maka dalam
hal ini sudah dapat dipastikan katakanlah hingga beberapa tahun ke depan yang
akan dihasilkan adalah jutaan calon penganggur.
Pendidikan?
Kira-kira
dalam hal ini apa yang ada dalam pikiran anda jika saya membahas mengenai hal
yang satu ini?
Berikut
adalah jawabannya:
OBRAL
IJAZAH, JUAL BELI NILAI, KURIKULUM TAK MANTAP, GURU TAK BERKUALITAS, DAN
ORIENTASI BISNIS DALAM PENDIDIKAN MENJADI KEBIASAAN YANG LUMRAH DALAM DUNIA
PENDIDIKAN KITA
Beberapa hal di atas adalah suatu hal yang bisa dikatakan sudah tidak asing
lagi bagi kita tentunya. Dan dalam hal ini, pastilah kita merasakan betul semua
kejadian (hal) tersebut,
namun
dalam hal ini sebenarnya hal apa yang terjadi pada sistem pendidikan di negara
kita?
adakah suatu hal terselubung dibalik sistem pendidikan di negara kita? Yang
bahkan hingga saat ini dampak dari lemahnya pendidikan kita pun secara tidak
langsung membentuk pola fikir terbelakang (tidak berkembang).
Bayangkan
saja terkadang kita masih sering menemui doktrin-doktrin dari keluarga, kerabat
maupun teman dekat kita bahwasanya pendidikan itu tidaklah penting, tidak perlu
belajar tinggi-tinggi, pun tidak akan membuahkan hasil, toh banyak para
cendekia lulusan sarjana yang masih menganggur diluar sana, dan kemudian
membandingkan dengan si’fulan yang sudah menjadi konglomerat, toh dia hanya
lulusan sd pun bisa jauh lebih baik dibandingkan dengan sang’sarjana yang
menanggur.
Apa
yang dapat kita petik dari cerita yang satu ini?
Mari
kita telusuri kembali hakikat dari pendidikan itu sendiri yaitu sebagai salah satu kebutuhan pokok dalam kehidupan untuk mengolah akal pikirnya dan diperlukannya suatu pola pendidikan yaitu melalui proses pembelajaran. Sehingga
wajarlah dalam hal ini negara kita telah jauh tertinggal dari negara-negara
tetangga kita lainnya seperti halnya Malaysia, Singapura, dll. Secara tidak
langsung juga sebenarnya negara kita telah dijajah oleh mereka negara-negara
lain yang jauh lebih maju dari kita terutama dalam hal pendidikannya, karena
berbagai hal terkait pembangunan, perbaikan dan hajat lain mengenai bangsa
tentu sangat dipengaruhi dan ditentukan oleh sejauh mana pendidikan tersebut
berperan didalamnya, jika didikan terhadap anak bangsa dalam hal ini berjalan
baik maka tentulah berbagai hajat menyangkut didalamnya pun akan mengikuti baik
pula.
Sekarang
mari kita telusuri, beberapa hal yang terjadi pada sistem pendidikan di negara
kita ini
·
Pendidikan
itu sangat lah penting lagi berguna
Jika kita mendapati komentar dari teman maupun keluarga kita
sendiri mengenai pendidikan yang tidak begitu penting yang kemudian mereka
membuat sudut pandang mereka sendiri bahwasanya dikampung halaman mereka
terdapat seorang konglomerat yang kaya hanya dengan pangkat lulusan sd nya
saja, sedang sang’fulan yang satu lagi, dia adalah seorang cendekia sarjana lagi
penganggur.
Maka hal apa yang dapat kita kaji dalam hal ini?
Jika kita yang kritis dan memiliki pandangan yang luas akan hal
ini, maka kita akan coba kaji kembali, dalam hal ini terdapat 2 kumungkinan
yaitu si’fulan sang’konglomerat tersebut, mungkin dia tidak berpendidikan
tinggi namun dalam hal ini mungkin dia adalah seorang yang gigih, pekerja
keras, ambisius, optimistis, dan berbagai jiwa lainnya yang memang hal tersebut
adalah jiwa-jiwa leadership (kepemimpinan), dan pantas lah jika dalam hal ini ia
menjadi seorang yang sukses.
Sedang kemungkinan ke2 nya adalah, apa mungkin hal itu bisa terjadi
pada semua orang?
Buat perbandingan akan hal tersebut, antara orang yang sukses
melalui jalur pendidikan yang tinggi dengan yang tidak berpendidikan tinggi.
Tentu kita akan lebih banyak temui orang yang sukses dengan gelar pendidikannya
yang tinggi.
Jadi itulah alasan mengapa pendidikan itu penting lagi berguna.
Berikut juga dijelaskan keutamaan orang-orang yang berilmu,
diungkapkan Allah dalam ayat-ayat berikut:
" Katakanlah: 'Adakah sama orang-orang yang berilmu dengan yang tidak berilmu ?'
Sesungguhnya hanya orang-orang berakallah yang dapat menerima pelajaran."
(QS. Az-Zumar : 9)
" Allah mengangkat derajat orang-orang beriman dan berilmu pengetahuan beberapa derajat." (QS. Mujadillah : 11)
·
Pendidikan
bukanlah alasan untuk menjadi seorang kuli, kembangkan jiwa kepemimpinan,
semangat kemudaan kita generasi bangsa
Dan coba kita renungkan hal yang satu ini
Sekarang saja ada sekitar 750.000 lulusan program diploma dan
sarjana yang menganggur. Jumlah penganggur itu akan makin membengkak jika
ditambah jutaan siswa putus sekolah dari tingkat SD hingga SLTA. Dan tercatat,
sejak 2002 jumlah mereka yang putus sekolah itu rata- rata lebih dari 1,5 juta
siswa setiap tahun. Maka dalam hal ini ada sekitar 50 juta anak Indonesia yang
tak mendapatkan layanan pendidikan di jenjangnya.
Jadi, untuk apa sebenarnya generasi baru bangsa bersekolah hingga
ke perguruan tinggi? Jika jawabannya agar mereka bisa jadi pegawai, sedangkan
mereka warga dari negara lain datang berduyun-duyun ke negara kita untuk
membangun sebuah perusahaan atau bahkan memperluas cabang usahanya dinegara
kita, sedang kita sebagai penghuni aslinya hanya bisa menjadi seorang tenaga
kerja (pegawai) disebuah perusahaan asing yang berdiri dinegara kita sendiri.
Betapa hal ini sudah menjadi budaya bagi bangsa kita, pemahaman yang keliru
mengenai kehidupan sesungguhnya, dan sifat cari aman juga tidak ingin repot dan
dibebankan sehingga mereka kebanyakan warga negara kita sudah sangat bangga
hanya dengan menjadi seorang kuli sebuah perusahaan, pun sudah sangat bangganya
mereka dengan upah 3 s/d 5juta perbulannya tersebut.
Maka dalam hal ini, apa yang akan terjadi beberapa tahun kedepan
pada bangsa ini jika mereka, warga negara kita pun para cendekia yang
berwawasan luas namun hanya dalam hal teori sudah cukup bangga dengan
pekerjaannya sebagai kuli (karyawan).
Betapa mirisnya hal ini bukan?
Pernah
membaca cerita tentang persahabatan antara Ayam dan Elang ? Pekerjaan yang
terasa nyaman dan tanpa tuntutan tidak akan membuat anda belajar apa-apa.
Menjebak dalam sebuah kenyamanan semu yang sepertinya enak, padahal lambat laun
kreativitas kita akan tergerus karena tidak terbiasa dengan berbagai macam
tantangan yang baru. Hal ini mungkin akan membuat senang anda di hari ini, tapi
di kemudian hari ketika kreativitas anda sudah tidak terlatih lagi?
Tidak ada salahnya pergi mencari pekerjaan baru yang akan
mengajarkan anda banyak hal. Sebelum keadaan membuat anda terlalu nyaman tanpa
belajar apa-apa.
Sedangkan
ayam adalah makhluk kandangan. Ia lebih senang berada pada zona nyaman yang
membuat mereka “aman” dengan segala fasilitas yang diberi, yang membuat mereka
tetap bisa bermalas-malasan tanpa evaluasi dari pihak lain.
Untuk itu, janganlah mudah kita dimanjakan keadaan yang lama-lama membuat kita
bermental ayam. Terbanglah setinggi mungkin, tangkap peluang
secepat kilat dan beranilah mengambil resiko untuk berburu sendirian. Semoga
kita semua mampu memelihara elang dalam jiwa kita ^^
Menjawab semua permasalahan diatas, sebenarnya terdapat beberapa
akar permasalahan yang jarang banyak orang ketahui mengenai hal yang satu ini,
yaitu perihal mengenai “PENILAIAN HASIL BELAJAR SISWA”.
Sebelum mengarahkan pada pembahasan saya akan sedikit jelasakan terkait
hal tersebut.
Hasil belajar berdasarkan aspek kognitif, psikomotor dan
afektif
Pada
umumnya hasil belajar dapat dikelompokkan menjadi tiga ranah yaitu; ranah
kognitif, psikomotor dan afektif. Secara eksplisit ketiga ranah ini tidak dapat
dipisahkan satu sama lain. Setiap mata pelajaran selalu mengandung ketiga ranah
tersebut. Mata pelajaran praktek lebih menekankan pada ranah psikomotor (EQ),
sedangkan mata pelajaran pemahaman konsep lebih menekankan pada ranah kognitif
(IQ). Namun kedua ranah tersebut mengandung ranah afektif (ESQ).
Ranah
psikomotor berhubungan dengan hasil belajar yang pencapaiannya melalui
keterampilan manipulasi yang melibatkan otot dan kekuatan fisik. Ranah
psikomotor adalah ranah yang berhubungan aktivitas fisik, misalnya; menulis,
memukul, melompat dan lain sebagainya.
Ranah
kognitif berhubungan erat dengan kemampuan berfikir, termasuk di dalamnya
kemampuan menghafal, rnemahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis dan
kemampuan mengevaluasi.
Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir yang mencakup
kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai pada
kemampuan memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk menghubungakan dan
menggabungkan beberapa ide, gagasan, metode atau prosedur yang dipelajari untuk
memecahkan masalah tersebut.
Sedangkan
ranah afektif mencakup watak perilaku seperti sikap, minat, konsep diri, nilai
dan moral. Kemampuan afektif berhubungan dengan minat dan sikap yang dapat
berbentuk tanggung jawab, kerjasama, disiplin, komitmen, percaya diri, jujur,
menghargai pendapat orang lain, dan kemampuan mengendalikan diri.
Selain
itu terjadinya pembodohan tersistem dalam wajah pendidikan bangsa kita
Timbul
wacana dalam masyarakat kita bahwa, "jika ingin pintar jangan sekolah,
tetapi cukup belajar saja". Pendapat tersebut juga didukung hasil temuan
Gardner (1991) dalam bukunya "The Unschooled Mind" yang menyatakan
bahwa "banyak siswa yang mengikuti proses pembelajaran di ruang kelas,
namun pikirannya tidak tersekolahkan". Dalam hal ini adalah kurangnya
didikan terhadap pelajar dinegara kita akan aspek afektif (ESQ) yang
mengedepankan moral, akhlak, dan budi pekerti dikeseharian, sehingga tidak
jarang banyak terjadinya tawuran antar pelajar yang sering kita temui, pun
maraknya tindak KKN dalam dunia politik dinegara kita adalah satu bentuk
kurangnya didikan akan aspek afektif (ESQ) dalam dunia pendidikan kita.
Kegiatan persekolahan pada kenyataannya justru hanya melangsungkan praktik
pembodohan. Persoalan ini lebih banyak disebabkan oleh orientasi pendidikan
kita yang cenderung memperlakukan peserta didik sebagai objek atau klien. Guru
berfungsi sebagai pemegang otoritas tertinggi dalam hal ini.
Kenyataan ini sangat bertentangan dengan kondisi psikologis peserta didik.
Menurut Martin Seligment dalam Stolz (2003), proses transfer pengetahuan kepada
siswa akan efektif jika melalui "gaya belajar" siswa sendiri.
Konsekuensinya, gaya mengajar guru harus disesuaikan dengan gaya belajar siswa
tersebut. Tetapi kenyataannya, dalam pembelajaran di kelas justru siswa lah
yang harus susah payah menyesuaikan dengan gaya mengajar guru. Akibatnya, siswa
cenderung tertekan dan belajar dalam kondisi yang tidak menyenangkan.
Kembali
pada sistem pendidikan dinegara kita, yang secara tidak sadar menuntun kita
pada ketidak cintaan kita terhadap dunia pendidikan itu sendiri, pun terjadinya
pembodohan tersistem didalamnya yaitu berupa mentalitas pegawai yang secara
tidak langsung mereka coba tanamkan pada generasi bangsa kita.
Melalui
penilaian hasil belajar pun dalam hal ini sudah dapat kita ketahui
Coba
kita fikirkan mengenai berbagai ajang olimpiade yang sering anak bangsa kita
ikuti dan menangkan pada kompetisi didalamnya, sungguh suatu hal yang
membanggakan, namun sungguh miris. Loh? Kenapa bisa dikatkan miris?
Coba
kita kaji kembali mengenai ketiga aspek dalam penilaian hasil belajar tersebut,
mana yang lebih negara kita kembangkan dalam pelaksanaannya?
Tentu
jawaban kita pasti adalah aspek kognitif (IQ) nya. Singkat kata negara kita
adalah negara yang cerdas akan TEORI namun buruk akan ACTION, nol besar dalam
hal prakteknya, jika dikatakan anak bangsa kita banyak yang memenangkan lomba
dalam kejuaraan olimpiade fisika, kimia, matematika dan lain sebagainya,
mengapa dalam hal ini negara kita hingga saat ini belum menemukan seorang
ilmuan canggih, kenapa bangsa kita hingga sangat ini masih jauh dari hakikat
kata KEMERDEKAAN itu sendiri.
Jawabannya
adalah karena pada sistem pembelajaran dinegara kita yang cenderung
mengedepankan aspek kognitif, lebih mengedepankan kecerdasan dalam hal IQ,
mengedepankan teori tanpa didasari oleh prakteknya. Dan cenderung mengabaikan
aspek psikomotor dan afektif, yang juga sangat berperan penting didalamnya,
sebagaimana yang kita ketahui ketiga aspek tersebut saling berkaitan seperti
dalam sebuah perumpamaan kognitif adalah teorinya, psikomotor adalah praktek
pelaksanaanya, maka afektif adalah penunjang kesuksesan didalamnya berupa sifat
sebagaimana mestinya yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin yaitu (leadership,
jiwa kepemimpinan).
0 komentar:
Posting Komentar